Blogger news

Kamis, 13 Oktober 2011

PENALARAN (REASONING)


PENALARAN (REASONING)

Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi (assertion). Penalaran melibatkan inferensi (inference) yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan melibatkan pula proses penarikan simpulan/konklusi (conclusion) dari serangkaian pernyataan atau asersi. Penalaran mempunyai peran penting dalam pengembangan, penciptaan, pengevaluasian dan pengujian suatu teori atau hipotesis.
Teori (pernyataan-pernyataan teoretis) merupakan sarana untuk menyatakan suatu keyakinan sedangkan penalaran merupakan proses untuk mendukung keyakinan tersebut.

Unsur dan Struktur Penalaran
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu asersi (assertion), keyakinan (belief), dan argument (argument). Struktur penalaran menggambarkan hubungan ketiga konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung atau bukti rasional terhadap keyakinan tentang suatu pernyataan.
Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya teori) adalah benar. Asersi merupakan unsure penting dalam penalaran karena asersi menjadi komponen argument (sebagai masukan penalaran) dan merupakan cara untuk merepresentasi atau mengungkapkan keyakinan (sebagai keluaran penalaran).
Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingess) untuk menerima bahwa suatu pernyataan atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau social) adalah benar.
Keyakinan merupakan unsure penting penalaran karena keyakinan menjadi objek atau sasaran penalaran dan karena keyakinan menentukan posisi (paham) dan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi topic bahasan.
Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan, argument menjadi unsure penting dalam penalaran karena tia digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
Bukti dalam bentuk argument rasional akan banyak diperlukan dalam teori akuntansi yang membahas masalah konseptual khususnya bila akuntansi dipandang sebagai teknologi dan teori akuntansi diartikan sebagai penalaran logis. Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam pertimbangan (judgment) untuk menetapkan kebenaran suatu pernyataan (to establish the truth). Dalam hal teori akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk menetapkan relevansi atau keefektifan suatu perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan akuntansi.



Interpretasi Asersi
Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus dipastikan lebih dahulu apa arti atau maksud asersi. Sangat penting sekali untuk memahami arti asersi untuk menentukan keyakinan terhadap kebenaran asersi tersebut. Untuk memahami maksud asersi, orang juga harus mempunyai pengetahuan tentang subjek atau topic yang dibahas. Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena dua bentuk asersi yang berbeda dapat berarti dua hal yang sama atau dua hal yang sangat berbeda.

Asersi untuk Evaluasi Istilah
Representasi asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk mengevaluasi ketetapan makna suatu istilah. Sebagai contoh, manakah istilah yang tepat antara bersertifikat akuntan public (BAP) dan akuntan public bersertifikat (APB) sebagai padan kata certified public accountant (CPA).

Jenis Asersi (Pernyataan)
Bila dikaitkan dengan fakta pendukung, asersi dapat diklasifikasi menjadi asumsi (assumption), hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact). Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara menyakinkan atau asersi yang orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat.
Hipotesis adalah asersi yang kebenatannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Hipotesis biasanya diajukan dalam rangka pengujian teori. Teori yang kuat atau yang tegar atau bertahan terhadap segala upaya untuk membuktikan salah (to disprove). Pendekatan atau strategi semacam ini dikenal sebagai pendekatan  penyanggahan ilmiah (scientific refutation)
Pernyataan fakta adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini sangat kuat atau bahkan tidak dapat dibantah. Asersi merupakan olah dalam argument. Dalam argument, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premisei) dan konklusi (conclusion). Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi. Suatu argumen paling tidak berisi satu premis dan satu konklusi.
Dalam hal ini, prinsip yang harus dipegang adalah bahwa kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang digunakan untuk menurunkan konklusi.

Keyakinan
Keyakinan diperoleh karena kepercayaan (confidence) tentang kebenaran yang dilekatkan pada suatu asersi. Suatu asersi dapat dipercaya karena adanya bukti yang kuat untuk menerimanya sebagai hal yang benar. Kepercayaan diberikan kepada suatu asersi biasanya setelah dilakukan evaluasi terhadap asersi atas dasar argumen yang digunakan untuk menurunkan asersi.

Keadabenaran
Keadabenaran atau plaisibilitas (plausibility) suatu asersi bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau pengetahuan yang mendasari (the uderlying knowledge) dan pada sumber asersi (the source).
Bukan Pendapat
Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan atau dibuktikan secara objektif apakah tia salah atau benar dan sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan (agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas dasar fakta objektif. Pendapat atau opini adalah asersi yang tidak dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan dengan kesukaan (preferensi) atau selera. Berbeda dengan keyakinan, plausibilitas pendapat tidak dapat ditentukan.

Bermuatan nilai
Nilai keyakinan adalah tingkat penting tidaknya suatu ketyakinan perlu dipegang atau dipertahankan seseorang. Nilai keyakinan bagi seseorang akan tinggi apabila perubahan keyakinan mempunyai implikasi serius terhadap filosofi, sistem nilai, martabat, perdapatan potensial, dan perilaku orang tersebut.

Berkekuatan
Kekuatan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang diletakkan seseorang pada kebenaran suatu asersi. Dapat dikatakan bahwa semua properitas keyakinan merupakan faktor yang menentukan tingkat kekuatan keyakinan seseorang.

Veridikal
Veridikalitas (veridicality) adalah tingkat kesesuaian keyakinan dengan realias. Realitas yang dimaksud di sini adalah apa yang sungguh-sungguh benar tentang asersi yang diyakini. Dengan kata lain, veridikalitas adalah mudah tidaknya fakta ditemukan dan ditunjukkan untuk mendukung keyakinan.

Berketertempaan
Ketertempaan (malleability) atau kelentukan keyakinan berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah dengan adanya informasi yang relevan. Berbeda dengan veridikalitas, ketertempaan tidak memasalahkan apakah suatu asersi sesuai atau tidak dengan realitas tetapi lebih memasalahkan apakah keyakinan terhadap suatu asersi dapat diubah oleh bukti.

Argumen Dedukif
Argumen atau penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) kepernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Argumen deduktif disebut juga argumen logis (logical argument) sebagai argumen yang asersi konklusinyatersirat (implied) atau dapat diturunkan/dideduksi dari (deduced from) asersi-asersi lain (premis-premis).
Salah satu bentuk penalaran desuktif adalah suatu penalaran yang disebut silogisma. Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu premis major (major premise), premis monor (minor premise), dan konklusi (conclusion).
Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi keyakinan tentang simpulan-simpulan yang diturunkan dari premis yang dianut. Dalam teori akuntansi, premis major sering disebut sebagai postulat (postulate).

Argumen Induktif
Berbeda dengan argumen deduktif yang merupakan argumen logis (logical argument), argumen induktif lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya (plausible argument). Dalam argumen logis, konklusi merupakan implikasi dari premis.

Argumen dengan Analogi
Argumen induktif sebanarnya merupakan salah satu jenis penalaran nondeduktif. Salah satu penalaran nondeduktif lainnya adalah argumen dengan analogi (argumen by analogy). Penalaran dengan analogi adalah penalaran yang menurunkan konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan (likeness) karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan unsur (sistem) suatu objek yang disebutkan dalam suatu asersi.

Penalaran Induktif dalam Akuntansi
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Pernyataan-pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotesis yang diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Hipotesis merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi.

Stratagem (Ralat: selanjutnya kara strategem seharusnya ditulis stratagem)
Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan argumen yang valid atau masuk akal (reasonable argument). Stratagem merupakan salah satu bentuk argumen karena merupakan upaya untuk menyakinkan seseorang agar dia percaya atau bersedia mengerjakan sesuatu. Berbeda dengan argumen yang valid, stratagem biasanya digunakan untuk membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dan tidak dapat dipertahankan secara logis.

Persuasi Tak langsung
Persuasi taklangsung merupakan strategem untuk menyakinkan seseorang akan kebenaran suatu pernyataan bukan langsung melalui argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama sekali tidak berkaitan dengan validitas argumen.
Menyampingkan Masalah
Strategem ini dilakukan dengan cara mengajukan argumen yang tidak bertujan pada masalah pokok atau dengan cara mengalihkan masalah ke masalah yang lain yang tidak bertautan. Hal ini sering dilakukan orang jika dia (karena sesuatu hal) tidak bersedia menerima argumen yang dia tahu lebih valid dari argumen yang dipegangnya.
Penyampingan masalah pokok sering disebut dengan taktik red herring dalam perdebatan politik untuk menutupi atau menghindari kekalahan dalam argumen. Red herring adalah praktik dalam pemburuan untuk menghalangi anjing epelacak membaui sasaran dengan cara memasang kan herring melintang pada jalan setapak atau jejak (rail).

Dilema Semu
Dilema semu (false dilemma) adalah taktik seseorang untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan gagasannya dan satu alternatif lain kemudian mengkarakterisasi alternatif lain sangat jelek, merugikan, atau mengerikan sehingga tidak aa cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan penggagas.

Imbauan Emosi
Dengan menggugah emosi, pengargumen sebenarnya berusaha menggeser dukungan nalar (support) validitas argumennya dengan motif (motive). Dengan taktik ini, emosi orang yang dituju diagitasi sehingga dia merasa tidak enak untuk tidak menerima alasan yang taklayak. Sua stratagem yang dapat digunakan untuk mencapai hal ini adalah imbauan belas kasih (appeal to pity) dan imbauan tekanan/kekuasaan(appeal to force).

Salah Nalar (Reasoning Fallacy)
Suatu argumen boleh jadi tidak menyakinkan atau persuasif karena argumen tersebut tidak didukung dengan penalaran yang valid. Dengan kata lain argumen menjadi tidak efektif karena tia mengandung kesalahan struktur logika atau karena tia tidak didasarnya pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Jadi, salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan simpulan sehingga simpulan menjadi salah atau tidak valid.



Menyangkal Anteseden
Kebalikan dari salah nalar menegaskan konsekuen adalah menyangkal anteseden. Suatu argumen yang mengandung penyangkalan akan valid apabila konklusi ditarik mengikuti kaidah menyangkal konsekuen (denying the consequent atau modus tollens). Bila simpulan diambil dengan struktur premis yang menyangkal anteseden, simpulan akan menjadi tidak valid.

Pentaksaan
            Salah nalar dapat terjadi bila ungkapan dalam premis yang satu mempunyai makna yang berbeda dengan makna ungkapan yang sama dalam premis lainnya. Contoh (Nickerson): Nothing is better than eternal happines. A ham sandwhich is better than nothing. Konlusi: A ham sandwhich is better than eternal happiness. ini salah karena nothing dalam premis mayor berarti tidak ada satupun dari himpunan objek yang memenuhi syarat sehingga kebahagiaan abadi yang terbaik. Nothing dalam premis minor berarti, tidak tersedianya anggota lain dalam himpunan yang ada didalamnya.

Perampatan-lebih (Overgeneralization)
Salah nalar ini sering terjadi, yaitu melekatkan karakteristik sebagian kecil anggota ke seluruh anggota himpunan secara berlebihan.

Pembuktian dengan Analogi
Telah dibahas sebelumnya bahwa analogi bukan merupakan cara untuk membuktikan (to prove) validitas atau kebenaran suatu asersi. Analogi lebih merupakan suatu sarana untuk menyakinkan bahwa asersi konklusi mempunyai kebolehjadian (likelihood) untuk benar. Dengan kata lain, bila premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar. Jadi, analogi dapat menghasilkan salah nalar.

Menarik Simpulan Pasangan
Salah nalar terjadi kalau orang menyimpulkan bahwa suatu konklusi salah lantaran argumen tidak disajikan dengan meyakinkan (tidak konklusif) sehingga dia lalu menyimpulkan bahwa konklusi atau posisi pasanganlah yang benar.
Dalam pengembangan ilmu dikenal suatu pendekatan atau semangat untuk menguji suatu teori yang disebut penyanggahan atau refutasi ilmiah (scientific refutation). Semangat ini dilandasi oleh pikiran bahwa suatu teori ilmiah tidak harus dapat dibuktikan benar tetapi harus dapat disanggah (dibuktikan salah) kalau tia memang salah; misalnya dengan pengajuan teori baru yang diajukan dan akan diuji ditempatkan sebagai hipotesis alternatif (alternatif hypothesis).
Dalam bahasa statistika, kesalahan menyimpulkan hipotesis alternatif (atau menolak hipotesis nol) padahal kenyataannya hipotesis alternatif adalah salah disebut dengan kesalahan Tipa I atau α. Sebaliknya, kesalahan menyimpulkan hipotesis nol (tidak menolak hipotesis nol) padahal kenyataannya hipotesis nol adalah salah disebut dengan kesalahan Tipa II atau β.

Kepentingan Mengalahkan Nalar
Hambatan untuk bernalar sering muncul akibat orang mempunyai kepentingan tertentu (vested interest) yang harus dipertahankan. Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi (keputusan) meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi argumen.
Sikap ilmiah menuntut akademisi untuk berani membaca dan memahami gagasan alternatif dan, kalau gagasan tersebut valid dan menuju ke perbaikan, bersedia untuk membawanya, bukan mengisolasinya.
Keberanian dan kebersediaan seperti ini merupakan suatu ciri sikap ilmiah dan akademik yang sangat terpuji (respected). Ini tidak berarti bahwa akademisi harus selalu setuju dengan suatu gagasan. Ketidaksetujuan dengan suatu gagasan (setelah berani membaca) merupakan sikap ilmiah asal dilandasi argumen yang bernalar dan valid.
Ketidakberanian dan ketidakbersediaan itulah yang merupakan sikap tidak ilmiah (akademik). Sikap pakar dan akademisi yang tidak masuk akal tersebut, yang sering disebut sebagai sikap insulting the intelligence.
Sindrom tes klinis
Ini menggambarkan bahwa seseorang yang merasa (bahkan yakin) bahwa terdapat ketidakberesan dalam tubuhnya dan dia juga tahu benar apa yang terjadi karena pengetahuannya tentang suatu penyakit. tetapi dia tidak berani untuk memeriksakan diri dan menjalani tes klinis karena takut bahwa dugaannya benar. Akhirnya orang ini tidak memeriksakan diri dan menganggap dirinya sehat.
Merasionalkan daripada menalar
Bila terjadi keberpihakan, kepentingan, atau ketakritisan, orang terlanjur mengambil posisi dan ternyata posisi tersebut salah atau lemah, orang ada kalanya berusaha untuk mencari-cari justifikasi untuk membenarkan posisinya. Dalam hal ini, tujuan diskusi bukan lagi untuk mencari kebenaran atau validitas, tetapi untuk membela diri atau menutupi rasa malu. Bila hal ini terjadi, orang tersebut sebenarnya tidak lagi menalar (to reason) tetapi merasionalkan (to rationalize).
Persistensi
Sampai tingkat tertentu perssistensi mempunyai justifikasi yang dapat dipertanggunggjawabkan. Namun, bila sikap persisten menghalangi atau menutup diri untuk mempertimbangkan argument –argumen baru yang kuat dan lebih mengarah untuk meninggalkan keyakinan atau paradigm yang tidak valid lagi, sikap persisten menjadi tidak layak lagi. Lebih – lebih, bila sikap tersebut dilandasi oleh motif melindungi kepentingan tertentu (vested interest). Persistensi semacam ini akan menjadi resistensi terhadap perubahan yang pada gilirannya akan menghambat pengembangan pengetahuan.

Baca Materi Lainnya :





0 komentar:

Posting Komentar

Berilah Komentar Apabila anda menyukai materi di atas!komentar bersifat membangun dan gunakan kata-kata sepatutnya..Terimakasih

Convert Currency