Kamis, 20 Oktober 2011
Senin, 17 Oktober 2011
Jurnal Akuntansi Manajemen
Kamis, 13 Oktober 2011
RERANGKA KONSEPTUAL SUATU MODEL
RERANGKA
KONSEPTUAL SUATU MODEL
A. Tujuan
pelaporan keuangan
Tujuan adalah kearah mana segala upaya, tindakan,
dan pertimbangan dicurahkan. Oleh karena itu, penentuan tujuan pelaporan
keuangan langkah yang paling kruasial dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan
pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan, yang
akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen keuangan. Dengan
demikian diharapkan tujuan yang lebih luas (tujuan ekonomik dan social Negara)
akan tercapai pula.
B. Pemakai
dan kepentingannya
Kepentingan pemakai juga beragam tidak hanya antar
kelompok pemakai tetapi juga didalam kelompok pemakai. Beragam kepentingan
antara lain adalah pertanggungjawaban, kebermanfaatan, keputusan, riset
keuangan dan pasar, penentuan tarif, penentuan pajak, pengendalian social,
pengendalian alokasi sumber daya ekonomik, dan pengukuran kinerja entitas, jadi
penentuan tujuan merupakan suatu proses yang kompleks. Masalah penyusunan
tujuan adalah menentukan siapa yang dituju, apa saja kepentingannya, seberapa
luas (banyak) informasi yang diinginkan, apa saja sumber informasi yang telah
tersedia, dan seberapa banyak informasi dapat dilayani melalui statemen
keuangan. Most menunjukkan dua pendekatan dalam penentuan tujuan penyediaan
infornasi (pelaporan keuangan), yaitu
1.
Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang mempunyai
bermacammacam kepentingan keputusan.
2.
Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang mempunyai
kepentingan tertentu yang diketahui.
Dengan pendekatan (1) pelaporan keuangan diarahkan
untuk menghasilkan satu sedata (satu set statemen keuangan) untuk berbagai
pemakai dan kepentingan. Pendekatan (2) berasumsi bahwa kebutuhan informasi dan
model pengambilan keputusan para atau kelompok pemakai diketahui dengan pasti
sehingga dapat disusun berbagai statemen/laporan khusus untuk melayani berbagai
keperluan pengambilan keputusan tiap kelompok pemakai.
C. Aspek
Sosial Tujuan Pelaporan
Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu
Negara harus direkeyasa sehingga tujuan social dan ekonomik Negara tercapai.
Tujuan nasional dapat tercapai apabila kegiatan individual dengan berbagai
motivasi untuk mencapai tujuan individualnya juga memaksimumkan tujuan Negara.
D. Tujuan
Fungsional
Adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara
keseluruhan tanpa memperhatikan tujuan atau motivasi masing-masing individual
didalamnya. Tujuan individual tidak dapat diamati sedangkan tujuan fungsional
dapat diidentifikasi dengan mengamati konsekuensi-konsekuensi dari kegiatan masyarakat
atau organisasi nyata yang terjadi. Tujuan fungsional akuntansi dapat
ditetapkan misalnya untuk :
1. Mengalokasi
sumber daya ekonomi seraca efisien.
2. Membantu
perusahaan untuk dpat memperoleh dana untuk ekspansi.
3. Membantu
pemerintah untuk menarik pajak secara adil dan efisien.
4. Membantu
para manajer dalam keputusan investasi.
5. Mempertanggungjawabkan
pengelola keuangan negara.
6. Memfasilitasi
fungsi dan pengendalian sosial.
E. Tujuan
Bersama
Suatu atau beberapa (subhimpunan) tujuan individual
yang sama dengan tujuan individual yang lainnya. Kalau tujuan fungsional
disusun tanpa memperhatikan tujuan-tujuan individual, tujuan bersama ditentukan
dengan mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan individual kemudian memilih
tujuan-tujuan individual (seluruh anggota masyarakat) yang sama untuk dijadikan
tujuan kegiatan social.
F. Tujuan
Kelompok Dominan
Bila tujuan dan model pengambilan keputusan semua
individual atau kelompok (grup) individual dapat diidentifikasi, tujuan
beberapa individual atau beberapa kelompok individual yang dominan dalam suatu
kegiatan masyarakat dapat dijadikan tujuan kegiatan social (dan ekonomik)
masyarakat bersangkutan. Kelompok atau grup dominan adalah kelompok yang
konsekuensi keputusan atau tindakannya mempengaruhi secara kuat semua anggota
masyarakat.
G. Tujuan
Versi ASOBAT
Walaupun berorientasi pada kebutuhan pemakai, komite
eksekutif AAA tidak secara spesifik mengidentifikasi pihak pemakai laporan
keuangan. Komite ini mendefinisikan tujuan laporan keuangan dengan menunjukkan
manfaatnya untuk:
1.
Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya (alam,
fisis, manusia, dan financial) yang terbatas.
2.
Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan manusia suatu organisasi
secara efektif.
3.
Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada
manajemen.
4.
Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian social. Dapat disimpulkan
bahwa pemakai yang diarah oleh tujuan diatas adalah berbagai kelompok yaitu
manajemen, investor, kreditor, pegawai, pemasok, dan regulator walaupun tujuan
social juga menjadi perhatian sebagaimana terefleksi dalam tujuan keempat.
H. Tujuan
versi APB No. 4
Tujuan pelaporan keuangan yang dicanangkan dalam APB
No. 4 secara umum dinyatakan Tujuan dasar akuntansi keuangan dan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang keuangan perusahaan yang
berguna untuk membuat keputusan ekonomi. APB No. 4 memuat dua tujuan pelaporan
yaitu tujuan umum dan tujuan kualitatif. Tujuan diatas merupakan tujuan umum
yang dijadikan dasar untuk menentukan kandungan informasi akuntansi.
I. Tujuan
Versi Trueblood Committee
Tujuan pelaporan yang diajukan oleh komite trueblood
tidak jauh berbeda dengan tujuan dalam ASOBAT maupun APB No. 4 kecuali bahwa
tujuan dalam laporan komite trueblood lebih rinci dan mengidentifikasi
aspek-aspek tujuan. Dua hal yang penting yang ditekankan pada komite ini adalah
daya melaba (earnings power) dan elemen aliran kas.
J. Tujuan
Pelaporan Keuangan FASB
Adalah untuk memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk membuat keputusan bisnis dan ekonomi. FASB mendasarkan
penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran yaitu bahwa
1.
Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik, hokum, politis
dan social tempat akuntansi diterapkan.
2.
Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informasi yang
dapat disampaikan melalui mekanisme laporan keuangan.
3.
Tujuan pelaporan memerlukan suatu focus untuk menghindari terlalu umumnya
informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan
informasionalnya.
K. Kontek
lingkungan tujuan pelaporan
Tujuan FASB didasarkan atas lingkungan ekonomik,
hokum, politis, dan social, diamerika, lingkungan penerapan akuntansi diberi
ciri sebagai berikut:
1.
Sistem ekonomi pasar yang maju
2.
Sistem produksi, keuangan, dan perbankan yang canggih.
3.
Pemisahan antara pemilikan dan manajemen; kegiatan perusahaan dijalankan
melalui perusahaan/badan usaha milik investor.
4.
Pasar modal sebagai sarana pemenuhan modal utama selain lembaga keuangan.
5.
Pemilikan pribadi sumber ekonomi diakui dan dilindungi pemerintah, sumber daya
produktif lebih banyak,
dikelola oleh swasta atau pribadi dari pada oleh pemerintah dan pemerintah
bertindak sebagai regulator.
6.
Pemerintah membantu kegiatan bisnis dan ekonomik dengan menyediakan informasi
public yang sebagian berasal dari informasi pelaporan keuangan yang disediakan
olrh tiap badan usaha.
7.
Realibilitas dan kreditabilitas informasi dalam pelaporan keuangan dicapai
melalui
pengauditan oleh auditor
independen.
Baca Materi Lainnya :
Baca Materi Lainnya :
PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Pelaporan keuangan nasional harus
direkayasa secara saksama untuk pengendalian alokasi sumber daya secara
automatis melalui mekanisme sistem ekonomik yang berlaku. Dalam pelaporan
keuangan, pengendalian secara automatis dicapai dengan ditetapkannya suatu
pedoman pelaporan keuangan yaitu PABU / GAAP, termasuk didalamnya standar
akuntansi.
PROSES
PEREKAYASAAN
Perekayasaan akuntansi adalah proses
pemikiran logis dan objektif untuk membangun suatu struktur dan mekanisma pelaporan
keuangan dalam suatu negara untuk menunjang tercapainya tujuan negara.
Alur cerita proses perekayasan
pelaporan keuangan sebagai berikut :
- Tujuan negara dijabarkan dalam tujuan pelaporan keuangan, diharapkan pencapaian tujuan akuntansi dapat membantu tercapainya tujuan negara.
- Adapun pertanyaan – pertanyaan perekayasaan melibatkan pertimbangan dan pemilihan berbagai gagasan tentang idoelogi, filosofi, paradigma, dan konsep dasar untuk menjamin agar tujuan pelaporan tercapai. Gagasan yang dipilih tentunya adalah gagasan yang cocok dengan lingkungan diterapkannya akuntansi agar hasil perekayasaan menjadi efektif sebagai alat.
- Konsep yang dijalannkan harus sesuai dengan standar akuntansi dan acuan lainnya sehingga membentuk prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ).
- Hasil dari perekayasaan pelaporan keuangan diberitakan melalui media informasi, agar dapat dimengerti oleh para pemakai informasi laporan keuangan tersebut.
Pada dasarnya proses perekayasaan ini
adalah proses untuk menjawab pertanyaan mendasar yaitu bagimana suatu kegiatan
operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk statemen keuangan sehingga orang
yang dituju dapat membayangkan operasi perusahaan secara finansial tanpa harus
menyaksikan secara fisis operasi perusahaan.
PEREKAYASAAN
PROSES DEDUKTIF
Sebagai penalaran deduktif-normatif, Hendriksen
menguraikan aspek – aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan
untuk menghasilkan rerangka teoritis akuntansi, yaitu :
- Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit – unit usaha ( entitas pelapor ) dan lingkungannya.
- Pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan yang diturunkan dari pernyataan postulat.
- Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju ( pemakai ) dan kemampuan untuk memahami, menginterpretasi, dan menganalisis informasi yang disajikan.
- Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan
- Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk mengkomunikasi informasi tentang perusahaan dan lingkungannya.
- Penentuan dan evaluasi terhadap kendala – kendala pengukuran dan deskripsi unit usaha beserta lingkungannya.
- Pengembangan dan penyusunan pernyataaan umum yang dituangkan dalam bentuk suatu dokumen resmi yang menjadi pedoman umum dalam menyusun standar akuntansi.
- Perancang bangunan struktur dan format sistem informasi akuntansi untuk menciptakan, menangkap, mengolah, meringkas, dan menyajikan informasi sesuai dengan standar atau pinsip akuntansi berterima umum.
SIAPA MEREKAYASA
Badan legislatif pemerintah (dalam hal
ini DPR dan MPR) mempunyai peranan penting dalam proses perekayasaan mengingat
rerangka konseptual mempunyai fungsi semacam undang-undang dasar (konstitusi).
Badan legislatif membentuk komite atau tim khusus yang anggotanya berwawasan
dan berpengetahuan akuntansi yang luas dan memadai.
Sebagai alternatif, penyediaan
informasi diserahkan kepada profesi dan pelaku bisnis (disebut dengan
pengaturan sendiri-self regulation). Mengasumsikan bahwa profesi dan pelaku
bisnis adalah pihak yang paling tahu akan kebutuhan pemakai informasi keuangan.
ASPEK
SEMANTIK DALAM PEREKAYASAAN
Proses semantik ini tidak lain adalah
memilih dan menyimbolkan objek – objek fisis kegiatan perusahaan yang relevan
menjadi objek – objek statemen keuangan.
PROSES
SAKSAMA
Untuk mencapai kualitas yang tinggi
dan andal, proses perekayasaan harus dilakukan melalui tahap - tahap prosedur
yang saksama dan teliti. Berikut ini adalah proses saksama ( due process ) yang
dilaksanakan FASB dalam menyusun pernyataan resmi :
a.
Mengevaluasi masalah
b.
Mengadakan riset dan analisis
c.
Menyusun dan mendistribusi
Memorandum Diskusi ( Discussion Memorandum )
d.
Mengadakan dengar pendapat umum
( public hearing )
e.
Menganalisis dan
mempertimbangkan tanggapan public atas Memorandum Diskusi
f.
Menerbitkan draf awal standard
( Exposure Draft ) yang diusulkan
g.
Menganalisis dan
mempertimbangkan tanggapan tentang ED
h.
Memutuskan menerbitkan statemen
atau tidak
i.
Menerbitkan statemen yang
bersangkutan.
KONSEP INFORMASI AKUNTANSI
Nilai informasi adalah
kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam
pengambilan keputusan. Simbol-simbol ( elemen-elemen ) yang termuat dalam
seperangkat statemen keuangan sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap
elemen di interpretasi sebagai objek yang berdiri sendiri. Artinya, statemen
keuangan berisii rangkaian elemen-elemen baru dapat ditangkap maknanya kalau
bentuk, isi dan susunannya diartikan secara kontekstual dengan pedoman yang
disepakati. Informasi semantik ini harus ditangkap secara kontekstual melalui
tiga komponen sebagai satu kesatuan, yaitu elemen (objects), ukuran dalam unit
moneter ( size ), dan hubungan ( relationship ) antar elemen.
RERANGKA
KONSEPTUAL
Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban
atas pertanyaan perekayasaan akan menjadi konsep-konsep terpilih yang
dituangkan dalam dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual.
Tanpa adanya rerangka konseptual
sebagai “konstitusi” akan sangat sulit bagi penyusun standar untuk mengevaluasi
argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik dalam menggambarkan
realitas ekonomi atau untuk menilai bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih
efektif dari pada perlakuan yang lain dalam rangka mencapai tujuan sosial atau
ekonomik.
Kam (1990) menguraikan manfaat rerangka konseptual sebagai berikut:
1.
memberi pengarahan atau pedoman
kepada badan yang bertanggung-jawab dalam penyusnan atau penetapan standar
akuntansi.
2.
menjadi acuan dalam memecahkan
masalah-masalah akuntansi yang di jumpai dalam praktek yang perlakuannya belum
diatur dalam standar atau pedoman spesifik.
3.
menentukan batas-batas pertimbangan
( bounds of judgment ) dalam penyusunan statemen keuangan.
4.
meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan
meningkatkan keyakinan terhadap statemen keuangan.
5.
meningkatkan
keterbandingan statemen keuangan antar perusahaan.
Fundasi (berupa konsep-konsep)
dan penalaran-penalaran yang melekat pada rerangka konseptual itulah yang sebenarnya membentuk teori akuntansi sebagai penalaran logis
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi standar dan praktek yang berjalan dan
mengembangkan (memperbaiki) standar dan praktek di masa datang.
MODEL
Rerangka konseptual yang
dikembangkan oleh FSAB, memuat empat komponen konsep penting yaitu :
- Tujuan pelaporan keuangan
- Kriteria kualitas informasi
- Elemen – elemen statemen keuangan
- Pengukuran dan pengakuan
RERANGKA KONSEPTUAL VERSI IASC
Untuk komponen tujuan, IASC sebagai tujuan statemen
keuangan bukan tujuan pelaporan keuangan, meskipun IASC menegaskan bahwa
statemen keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Lingkup
penerapan standar IASC adalah internasional, karakteristik lingkungan, negara
menjadi tidak relevan. Hal ini yang menyebabkan IASC tidak lagi menggunakan
istilah pelaporan keuangan dalam rerangka konseptualnya karena makna tujuan
pelaporan keuangan sebagaimana didefinisikan FASB mengandung konteks
lingkungan.
ASPEK PENDIDIKAN
Penalaran dan argumen yang melekat dalam tiap penjelasan
konsep – konsep dalam rerangka konseptual versi FASB membentuk seperangkat
pengetahuan yang dapat dipandang sebagai suatu teori deduktif normatif untuk
memahami lebih baik mengapa konsep tertentu dipilih bukan yang lain dan apa
implikasinya. Validitas teori
ini dapat dievaluasi / diverifikasi atas dasar penalaran logis yang melandasi
tiap argumen.
PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM (PABU)
Prinsip akuntansi adalah
segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda
dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis maupun praktis yang
berfungsi sebagai pengetahuan.
Standar akuntansi adalah
konsep, prinsip, metode, teknik dan lainnya yang sengaja dipilih atas dasar
rerangka konseptual oleh badan penyusun standar untuk diberlakukan dalam suatu
lingkungan / negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai
tujuan pelaporan keuangan negara tersebut.
PABU adalah suatu rerangka pedoman
yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung
berlakunya secara resmi, teoritis dan praktis.
TIGA PENGERTIAN PENTING
Sebenarnya terdapat tiga istilah penting atau konsep
penting yang sangat berbeda maknanya, yaitu :
1.
Prinsip akuntansi adalah segala
ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda dan
teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis maupun praktis yang
berfungsi sebagai pengetahuan.
- Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun standar (atau yang berwenang) untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan / negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan keuangan negara tersebut.
- PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis), teoritis, dan praktis.
ISI PABU SEBAGAI RERANGKA
PEDOMAN
Kriteria kewajaran penyajian informasi dalam bentuk
statemen keuangan adalah suatu rerangka pedoman dan bukan semata – mata standar
akuntansi. Rerangka pedoman ini berisi komponen – komponen yang tersusun secara
hierarkis baik atas dasar tingkat konseptual maupun autoritas.
·
PABU Versi APB
APB sebenarnya telah meletakkan dasar – dasar penting
penyusunan dokumen yang sekarang dikenal dengan rerangka konseptual. Dokumen
dapat dipandang sebagai embrio rerangka konseptual. PABU yang didevinisi APB
merupakan bagian dari dokumen tersebut.
·
PABU Versi Rubin
PABU bukan merupakan satu buku atau dokumen tetapi lebih
merupakan rerangka pedoman yang terdiri atas berbagai sumber dengan berbagai
tingkat keautoritatifan yang membentuk suatu hierarki. Oleh Steven Rubin,
menganalogi hierarki tersebut dilukiskan sebagai lantai rumah bertingkat dengan
fundasi berupa landasan konseptual. Tiap lantai menggambarkan tingkat
keautoritatifan dengan lantai paling bawah berisi sumber yang paling
autoritatif. Makin ke atas, suatu sumber makin berkurang tingkat
keautoritatifannya.
·
PABU Versi SAS No.69
SAS No. 69 mendeskripsikan GAAP sebagai dua hierarki
paralel, satu untuk entitas nonkepemerintahan dan yang lain untuk entitas
kepemerintahan. Dalam SAS No.69 ini terdapat 2 komponen kategori hierarki,
yaitu :
a.
Prinsip Akuntansi Tetapan :
Ketetapan atau pengumuman resmi oleh badan resmi penyusun standar melalui
prosedur saksama; Ketetapan oleh badan ahli atau komite yang telah
dipublikasikan secara resmi untuk dikomentari dan badan penyusun standar resmi
tidak keberatan; Ketetapan badan ahli atau komite tetapi belum dipublikasikan
secara resmi untuk dikomentari; Praktik atau ketetapan yang berterima umum
karena banyak dianut dalam industri tertentu atau karena merupakan cara
mengaplikasi suatu ketetapan resmi dalam kondisi khusus.
b. Literatur Akuntansi Lainnya : Literatur
atau sumber akuntansi lainnya.
Hierarki tersebut menunjukkan bahwa standar akuntansi
hanya merupakan bagian atau komponen dari GAAP.
·
PABU Versi SPAP
Landasan Operasional atau Landasan Praktik
|
Tingkat 3
|
Praktik, Konvensi dan
Kebiasaan Pelaporan yang Sehat
|
Buku Tesk/Ajar, Artikel dan Pendapat
Ahli
|
||
Tingkat 2
|
Buletin Teknis
|
Peraturan Pemerintah untuk Industri
|
Pedoman atau Praktik Akuntansi Industri
|
Simpulan Riset Akuntansi
|
|
Tingkat 1
|
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
|
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
|
|||
Landasan Konseptual
|
Rerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
|
||||
Rerangka
ini mungkin tidak berlaku lagi atau berubah kalau profesi di Indonesia mengadopsi secara penuh
standar akuntansi internasional. Dengan rerangka pedoman di atas, makna PABU
hanya dibatasi untuk entitas nonkepemerintahan sehingga ukuran kewajaran
penyajian statemen keuangan untuk entitas kepemerintahan belum jelas. Artinya,
belum jelas apakah frasa “menyajikan secara wajar ..... sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum Indonesia”
masih dapat dipakai.
PEDOMAN MEMPERLAKUKAN
SUATU OBJEK
Sebagai rerangka pedoman, PABU menetapkan pedoman untuk
memperlakukan suatu objek yang harus dilaporkan, yang menyangkut hal – hal
berikut ini :
a.
Definisi: Dalam hal ini PABU
memberi batasan atau definisi berbagai elemen, pos, atau objek statemen
keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar tidak
terjadi kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi oleh
pemakai.
b.
Pengukuran / penilaian :
Penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat
dalam suatu transaksi keuangan.
c.
Pengakuan : Pencatatan suatu
jumlah rupiah (kos) ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan
mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan.
d.
Penyajian / pengungkapan :
Menetapan tentang cara – cara melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat
statemen keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif. Pengungkapan
berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal – hal informatif yang
dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dinyatakan melalui
statemen keuangan utama.
AUTORITAS RERANGKA KONSEPTUAL
Secara teoritis, rerangka konseptual
seharusnya merupakan fondasi rerangka pedoman PABU.
Walaupun demikian, karena rerangka konseptual disusun setelah banyak standar
akuntansi diterbitkan, beberapa versi PABU menemppatkan rerangka konseptual
pada tingkat yang kurang autoratif. Tujuannya adalah agar akuntan publik tidak
mengganti standar yang tidak sesuai dengan rerangka konseptual.
STRUKTUR AKUNTANSI
Bila proses perekayasaan telah selesai
serta di aplikasi, rerangka pedoman PABU telah ditentukan, dan secara operasional pelaporan
keuangan telah berlangsung, maka pengertian akuntansi dan teori akuntansi
secara luas dapat dilukiskan dalam suatu diagram yang disebut dengan struktur
akuntansi.
Bila pengertian akuntansi, teori akuntansi, rerangka
konseptual, dan prinsip akuntansi berterima umum dirangkum dalam satu diagram,
didapatkanlah yang disebut struktur akuntansi. Struktur ini menggambarkan
mekanisme pelaporan keuangan dengan menghubungkan perekayasaan dan praktik
akuntansi. Struktur ini bermanfaat untuk mengenali bidang studi, bidang
profesi, dan fungsi auditor bila perekayasaan telah diterapkan dalam suatu
lingkungan / negara.
Baca Materi Lainnya :
- RERANGKA KONSEPTUAL SUATU MODEL
- PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
- PENALARAN (REASONING)
- Pengantar Teori Akuntansi
PENALARAN (REASONING)
PENALARAN (REASONING)
Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis
untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi (assertion). Penalaran melibatkan inferensi (inference) yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan melibatkan
pula proses penarikan simpulan/konklusi (conclusion)
dari serangkaian pernyataan atau asersi. Penalaran mempunyai peran penting
dalam pengembangan, penciptaan, pengevaluasian dan pengujian suatu teori atau
hipotesis.
Teori (pernyataan-pernyataan teoretis) merupakan sarana
untuk menyatakan suatu keyakinan sedangkan penalaran merupakan proses untuk
mendukung keyakinan tersebut.
Unsur dan Struktur
Penalaran
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga
konsep penting yaitu asersi (assertion),
keyakinan (belief), dan argument (argument). Struktur penalaran
menggambarkan hubungan ketiga konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung
atau bukti rasional terhadap keyakinan tentang suatu pernyataan.
Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang
menegaskan bahwa sesuatu (misalnya teori) adalah benar. Asersi merupakan unsure
penting dalam penalaran karena asersi menjadi komponen argument (sebagai
masukan penalaran) dan merupakan cara untuk merepresentasi atau mengungkapkan
keyakinan (sebagai keluaran penalaran).
Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingess) untuk menerima bahwa suatu
pernyataan atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam
atau social) adalah benar.
Keyakinan merupakan unsure penting penalaran karena
keyakinan menjadi objek atau sasaran penalaran dan karena keyakinan menentukan
posisi (paham) dan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi topic
bahasan.
Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan
(artikulasi) dan inferensi atau penyimpulan yang digunakan untuk mendukung
suatu keyakinan, argument menjadi unsure penting dalam penalaran karena tia
digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
Bukti dalam bentuk argument rasional akan banyak diperlukan
dalam teori akuntansi yang membahas masalah konseptual khususnya bila akuntansi
dipandang sebagai teknologi dan teori akuntansi diartikan sebagai penalaran
logis. Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam pertimbangan (judgment) untuk menetapkan kebenaran
suatu pernyataan (to establish the truth).
Dalam hal teori akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk menetapkan relevansi
atau keefektifan suatu perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan akuntansi.
Interpretasi Asersi
Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus dipastikan
lebih dahulu apa arti atau maksud asersi. Sangat penting sekali untuk memahami
arti asersi untuk menentukan keyakinan terhadap kebenaran asersi tersebut.
Untuk memahami maksud asersi, orang juga harus mempunyai pengetahuan tentang
subjek atau topic yang dibahas. Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena dua
bentuk asersi yang berbeda dapat berarti dua hal yang sama atau dua hal yang
sangat berbeda.
Asersi untuk Evaluasi
Istilah
Representasi asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan
untuk mengevaluasi ketetapan makna suatu istilah. Sebagai contoh, manakah
istilah yang tepat antara bersertifikat
akuntan public (BAP) dan akuntan
public bersertifikat (APB) sebagai padan kata certified public accountant (CPA).
Jenis Asersi (Pernyataan)
Bila dikaitkan dengan fakta pendukung, asersi dapat
diklasifikasi menjadi asumsi (assumption),
hipotesis (hypothesis), dan
pernyataan fakta (statement of fact).
Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan
atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara menyakinkan atau asersi yang
orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat.
Hipotesis adalah asersi yang kebenatannya belum atau
tidak diketahui tetapi diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya.
Hipotesis biasanya diajukan dalam rangka pengujian teori. Teori yang kuat atau
yang tegar atau bertahan terhadap segala upaya untuk membuktikan salah (to disprove). Pendekatan atau strategi
semacam ini dikenal sebagai pendekatan
penyanggahan ilmiah (scientific
refutation)
Pernyataan fakta adalah asersi yang bukti tentang
kebenarannya diyakini sangat kuat atau bahkan tidak dapat dibantah. Asersi merupakan olah dalam argument.
Dalam argument, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premisei) dan konklusi (conclusion).
Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi
adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi. Suatu argumen paling
tidak berisi satu premis dan satu konklusi.
Dalam hal ini, prinsip yang
harus dipegang adalah bahwa kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi
kredibilitas terendah premis-premis yang digunakan untuk menurunkan konklusi.
Keyakinan
Keyakinan diperoleh karena
kepercayaan (confidence) tentang
kebenaran yang dilekatkan pada suatu asersi. Suatu asersi dapat dipercaya
karena adanya bukti yang kuat untuk menerimanya sebagai hal yang benar.
Kepercayaan diberikan kepada suatu asersi biasanya setelah dilakukan evaluasi
terhadap asersi atas dasar argumen yang digunakan untuk menurunkan asersi.
Keadabenaran
Keadabenaran atau
plaisibilitas (plausibility) suatu
asersi bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau pengetahuan
yang mendasari (the uderlying knowledge)
dan pada sumber asersi (the source).
Bukan Pendapat
Keyakinan adalah sesuatu yang
harus dapat ditunjukkan atau dibuktikan secara objektif apakah tia salah atau
benar dan sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan (agreement) oleh setiap orang yang
mengevaluasinya atas dasar fakta objektif. Pendapat atau opini adalah asersi
yang tidak dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan dengan kesukaan
(preferensi) atau selera. Berbeda dengan keyakinan, plausibilitas pendapat
tidak dapat ditentukan.
Bermuatan nilai
Nilai keyakinan adalah tingkat
penting tidaknya suatu ketyakinan perlu dipegang atau dipertahankan seseorang.
Nilai keyakinan bagi seseorang akan tinggi apabila perubahan keyakinan
mempunyai implikasi serius terhadap filosofi, sistem nilai, martabat,
perdapatan potensial, dan perilaku orang tersebut.
Berkekuatan
Kekuatan keyakinan adalah
tingkat kepercayaan yang diletakkan seseorang pada kebenaran suatu asersi.
Dapat dikatakan bahwa semua properitas keyakinan merupakan faktor yang
menentukan tingkat kekuatan keyakinan seseorang.
Veridikal
Veridikalitas (veridicality) adalah tingkat kesesuaian
keyakinan dengan realias. Realitas yang dimaksud di sini adalah apa yang
sungguh-sungguh benar tentang asersi yang diyakini. Dengan kata lain,
veridikalitas adalah mudah tidaknya fakta ditemukan dan ditunjukkan untuk
mendukung keyakinan.
Berketertempaan
Ketertempaan (malleability) atau kelentukan keyakinan
berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah dengan adanya
informasi yang relevan. Berbeda dengan veridikalitas, ketertempaan tidak
memasalahkan apakah suatu asersi sesuai atau tidak dengan realitas tetapi lebih
memasalahkan apakah keyakinan terhadap suatu asersi dapat diubah oleh bukti.
Argumen Dedukif
Argumen atau penalaran
deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang
disepakati (premis) kepernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Argumen
deduktif disebut juga argumen logis (logical
argument) sebagai argumen yang asersi konklusinyatersirat (implied) atau dapat diturunkan/dideduksi
dari (deduced from) asersi-asersi
lain (premis-premis).
Salah satu bentuk penalaran
desuktif adalah suatu penalaran yang disebut silogisma. Silogisma terdiri atas
tiga komponen yaitu premis major (major
premise), premis monor (minor premise),
dan konklusi (conclusion).
Penalaran deduktif dalam
akuntansi digunakan untuk memberi keyakinan tentang simpulan-simpulan yang
diturunkan dari premis yang dianut. Dalam teori akuntansi, premis major sering
disebut sebagai postulat (postulate).
Argumen Induktif
Berbeda dengan argumen
deduktif yang merupakan argumen logis (logical
argument), argumen induktif lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya (plausible argument). Dalam argumen
logis, konklusi merupakan implikasi dari premis.
Argumen dengan Analogi
Argumen induktif sebanarnya
merupakan salah satu jenis penalaran nondeduktif. Salah satu penalaran
nondeduktif lainnya adalah argumen dengan analogi (argumen by analogy). Penalaran dengan analogi adalah penalaran yang
menurunkan konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan (likeness) karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan unsur (sistem)
suatu objek yang disebutkan dalam suatu asersi.
Penalaran Induktif dalam Akuntansi
Penalaran induktif dalam
akuntansi pada umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang
menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu.
Pernyataan-pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotesis yang
diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Hipotesis merupakan
generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi.
Stratagem (Ralat: selanjutnya kara strategem seharusnya ditulis stratagem)
Stratagem adalah pendekatan
atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan
argumen yang valid atau masuk akal (reasonable
argument). Stratagem merupakan salah satu bentuk argumen karena merupakan
upaya untuk menyakinkan seseorang agar dia percaya atau bersedia mengerjakan
sesuatu. Berbeda dengan argumen yang valid, stratagem biasanya digunakan untuk
membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dan tidak dapat
dipertahankan secara logis.
Persuasi Tak langsung
Persuasi taklangsung merupakan
strategem untuk menyakinkan seseorang akan kebenaran suatu pernyataan bukan
langsung melalui argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama
sekali tidak berkaitan dengan validitas argumen.
Menyampingkan Masalah
Strategem ini dilakukan dengan
cara mengajukan argumen yang tidak bertujan pada masalah pokok atau dengan cara
mengalihkan masalah ke masalah yang lain yang tidak bertautan. Hal ini sering
dilakukan orang jika dia (karena sesuatu hal) tidak bersedia menerima argumen
yang dia tahu lebih valid dari argumen yang dipegangnya.
Penyampingan masalah pokok
sering disebut dengan taktik red herring
dalam perdebatan politik untuk menutupi atau menghindari kekalahan dalam
argumen. Red herring adalah praktik
dalam pemburuan untuk menghalangi anjing epelacak membaui sasaran dengan cara
memasang kan herring melintang pada jalan setapak atau jejak (rail).
Dilema Semu
Dilema semu (false dilemma) adalah taktik seseorang
untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan gagasannya dan satu alternatif
lain kemudian mengkarakterisasi alternatif lain sangat jelek, merugikan, atau
mengerikan sehingga tidak aa cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan
penggagas.
Imbauan Emosi
Dengan menggugah emosi,
pengargumen sebenarnya berusaha menggeser dukungan nalar (support) validitas argumennya dengan motif (motive). Dengan taktik ini, emosi orang yang dituju diagitasi
sehingga dia merasa tidak enak untuk tidak menerima alasan yang taklayak. Sua
stratagem yang dapat digunakan untuk mencapai hal ini adalah imbauan belas
kasih (appeal to pity) dan imbauan
tekanan/kekuasaan(appeal to force).
Salah Nalar (Reasoning Fallacy)
Suatu argumen boleh jadi tidak
menyakinkan atau persuasif karena argumen tersebut tidak didukung dengan
penalaran yang valid. Dengan kata lain argumen menjadi tidak efektif karena tia
mengandung kesalahan struktur logika atau karena tia tidak didasarnya pada
kaidah-kaidah penalaran yang valid. Jadi, salah nalar adalah kesalahan struktur
atau proses formal penalaran dalam menurunkan simpulan sehingga simpulan
menjadi salah atau tidak valid.
Menyangkal Anteseden
Kebalikan dari salah nalar
menegaskan konsekuen adalah menyangkal anteseden. Suatu argumen yang mengandung
penyangkalan akan valid apabila konklusi ditarik mengikuti kaidah menyangkal
konsekuen (denying the consequent
atau modus tollens). Bila simpulan
diambil dengan struktur premis yang menyangkal anteseden, simpulan akan menjadi
tidak valid.
Pentaksaan
Salah nalar dapat terjadi bila ungkapan dalam premis yang
satu mempunyai makna yang berbeda dengan makna ungkapan yang sama dalam premis
lainnya. Contoh (Nickerson): Nothing is better than eternal happines. A ham sandwhich is better than nothing.
Konlusi: A ham sandwhich is better than
eternal happiness. ini salah karena nothing dalam premis mayor berarti
tidak ada satupun dari himpunan objek yang memenuhi syarat sehingga kebahagiaan
abadi yang terbaik. Nothing dalam premis minor berarti, tidak tersedianya
anggota lain dalam himpunan yang ada didalamnya.
Perampatan-lebih (Overgeneralization)
Salah nalar ini sering terjadi, yaitu melekatkan
karakteristik sebagian kecil anggota ke seluruh anggota himpunan secara
berlebihan.
Pembuktian dengan Analogi
Telah dibahas sebelumnya bahwa
analogi bukan merupakan cara untuk membuktikan (to prove) validitas atau kebenaran suatu asersi. Analogi lebih
merupakan suatu sarana untuk menyakinkan bahwa asersi konklusi mempunyai
kebolehjadian (likelihood) untuk
benar. Dengan kata lain, bila premis benar, konklusi atas dasar analogi belum
tentu benar. Jadi, analogi dapat menghasilkan salah nalar.
Menarik Simpulan Pasangan
Salah nalar terjadi kalau
orang menyimpulkan bahwa suatu konklusi salah lantaran argumen tidak disajikan
dengan meyakinkan (tidak konklusif) sehingga dia lalu menyimpulkan bahwa
konklusi atau posisi pasanganlah yang benar.
Dalam pengembangan ilmu
dikenal suatu pendekatan atau semangat untuk menguji suatu teori yang disebut
penyanggahan atau refutasi ilmiah (scientific
refutation). Semangat ini dilandasi oleh pikiran bahwa suatu teori ilmiah
tidak harus dapat dibuktikan benar tetapi harus dapat disanggah (dibuktikan
salah) kalau tia memang salah; misalnya dengan pengajuan teori baru yang
diajukan dan akan diuji ditempatkan sebagai hipotesis alternatif (alternatif hypothesis).
Dalam bahasa statistika,
kesalahan menyimpulkan hipotesis alternatif (atau menolak hipotesis nol)
padahal kenyataannya hipotesis alternatif adalah salah disebut dengan kesalahan
Tipa I atau α. Sebaliknya, kesalahan menyimpulkan hipotesis nol (tidak menolak
hipotesis nol) padahal kenyataannya hipotesis nol adalah salah disebut dengan
kesalahan Tipa II atau β.
Kepentingan Mengalahkan Nalar
Hambatan untuk bernalar sering
muncul akibat orang mempunyai kepentingan tertentu (vested interest) yang harus dipertahankan. Kepentingan sering
memaksa orang untuk memihak suatu posisi (keputusan) meskipun posisi tersebut
sangat lemah dari segi argumen.
Sikap ilmiah menuntut akademisi untuk berani membaca dan memahami
gagasan alternatif dan, kalau gagasan tersebut valid dan menuju ke perbaikan,
bersedia untuk membawanya, bukan mengisolasinya.
Keberanian dan kebersediaan seperti ini merupakan suatu ciri sikap
ilmiah dan akademik yang sangat terpuji (respected). Ini tidak berarti
bahwa akademisi harus selalu setuju dengan suatu gagasan. Ketidaksetujuan
dengan suatu gagasan (setelah berani membaca) merupakan sikap ilmiah asal
dilandasi argumen yang bernalar dan valid.
Ketidakberanian dan ketidakbersediaan itulah yang merupakan sikap
tidak ilmiah (akademik). Sikap pakar dan akademisi yang tidak masuk akal
tersebut, yang sering disebut sebagai sikap insulting the intelligence.
Sindrom tes klinis
Ini menggambarkan bahwa seseorang yang merasa (bahkan
yakin) bahwa terdapat ketidakberesan dalam tubuhnya dan dia juga tahu benar apa
yang terjadi karena pengetahuannya tentang suatu penyakit. tetapi dia tidak
berani untuk memeriksakan diri dan menjalani tes klinis karena takut bahwa
dugaannya benar. Akhirnya orang ini tidak memeriksakan diri dan menganggap
dirinya sehat.
Merasionalkan daripada
menalar
Bila terjadi keberpihakan, kepentingan, atau
ketakritisan, orang terlanjur mengambil posisi dan ternyata posisi tersebut
salah atau lemah, orang ada kalanya berusaha untuk mencari-cari justifikasi
untuk membenarkan posisinya. Dalam hal ini, tujuan diskusi bukan lagi untuk
mencari kebenaran atau validitas, tetapi untuk membela diri atau menutupi rasa
malu. Bila hal ini terjadi, orang tersebut sebenarnya tidak lagi menalar (to
reason) tetapi merasionalkan (to rationalize).
Persistensi
Sampai tingkat tertentu perssistensi mempunyai
justifikasi yang dapat dipertanggunggjawabkan. Namun, bila sikap persisten
menghalangi atau menutup diri untuk mempertimbangkan argument –argumen baru
yang kuat dan lebih mengarah untuk meninggalkan keyakinan atau paradigm yang
tidak valid lagi, sikap persisten menjadi tidak layak lagi. Lebih – lebih, bila
sikap tersebut dilandasi oleh motif melindungi kepentingan tertentu (vested interest). Persistensi semacam
ini akan menjadi resistensi terhadap perubahan yang pada gilirannya akan
menghambat pengembangan pengetahuan.
Baca Materi Lainnya :
Baca Materi Lainnya :
- RERANGKA KONSEPTUAL SUATU MODEL
- PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
- PENALARAN (REASONING)
- Pengantar Teori Akuntansi
Langganan:
Postingan (Atom)