Teori
tentang pendapatan menyangkut masalah definisi, pengakuan, saat pengakuan dan
prosedur pengakuan. Pendapatan dapat didefinisi dari beberapa konsep. Yang
membentuk pengertian pendapatan adalah:
1. Aliran
masuk atau kenaikan aset
2. Kegiatan
yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus;
3. Pelunasan,
penurunan, atau pengurangan kewajiban;
4. Suatu
entitas;
5. Produk
perusahaan;
6. Pertukaran
produk;
7. Menyandang
beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk;
8. Mengakibatkan
kenaikan ekuitas.
Karakteristik 3-8
sebenarnya merupakan ppenjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik
sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik 1 dan 2
merupakan karakteristik utama sedangkan lainnya merupakan karakteristik
konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
Untuk
dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbu, harus terjadi transaksi atau
kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Paton dan
Littleton (1970,hlm47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai
transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
a. Transaksi
pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
b. Laba
yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat
berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c. Hadiah,
donasi, atau temuan.
d. Revaluasi
aset yang telah ada.
e. Penyediaan
dan atau penyerahan produk (barang dan jasa).
Pendefinisian
pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran
masuk (inflow concept of revenue). Konsep
ini memilki kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi
penjualan terjadi.
Tidak
semua kenaikan aset memebentuk pendapatan. Kegiatan utama atau sentral yang
menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang
dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan
bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam
bentuk memproduksi dan mengirim berbagai barang kepada pelanggan atau
menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa. Produk perusahaan harus diartikan
sebagai seluruh jenis barang dan jasa yang disediakan atau diserahkan kepada
pelangganan tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut
ataupun sering tidaknya produk tersebut dihasilkan.
Produk
yang dihasilkan secara tidak rutin atau incidental sering dianggap sebagai pos
pendapatan “non operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Paton dan Littleton
(1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai sebagai pos operasi
dan nonoperasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi tersebut benar-benar
luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara kebetulan
saja. Bila tidak bersifat luar biasa,
pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung
(other revenues and gain). Untuk kepentingan manajerial pemisahan kegiatan
menjadi operasi dan non operasi dapat saja dilakukan, akan tetapi untuk tujuan
eksternal kedua kegiatan tersebut harus tetap dipandang sebagai kegiatan
operasi.
Pendapatan tidak hanya didefinisi
dari sudut kenaikan aset tetapi juga dari penurunan atau pelunasan kewajiban.
Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai
pendapatan takterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban
sampai ada prestasi dari perusahaan berupa pengiriman barang atau pelaksana
jasa. Kejadian pengiriman barang mengubah kewajiban menjadi pendapatan. Jadi
alih-alih didefinisi sebagai kenaikan aset pendapatan dapat didefinisi sebagai
penurunan kewajiban.
Pendapatan
didefinisi sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih meskipun kenaikan aset tersebut akhirnya
berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih. Jadi aset yang masuk itulah yang
disebut pendapatan. Naiknya aset karena pendapatan akan mengakibatkan naiknya ekuitas.
Ekuitas naik karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi
bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisi sebagai
kenaikan ekuitas.
FASB menyebutkan bahwa untuk dapat
disebut pendapatan kenaikan aset harus berasal dari penyerahan barang atau
pelaksanaan jasa. Jadi harus ada aliran keluar suatu barang atau jasa yang
menandai atau memicu terjadinya pendapatan. Kelemahan konsep aliran keluar
adalah bahwa pendapatan harus dikatakan terjadi setelah ada penyerahan barang.
Hal ini menghalangi pengakuan pendapatan sebelum barang diserahkan. Bila
beberapa definisi diatas digabung, memang ada dua aliran yang berkaitan dengan
pendapatan yaitu:
- Aliran fisis berupa:
·
Kejadian memproduksi
dan menjual produk
·
Objek, yaitu produk fisis
itu sendiri.
- Aliran moneter berupa:
·
Kejadian menaiknya
nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke consumer
·
Objek, yaitu jumlah
rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.
Paton
dan Littleton memasukkan kata pertukaran dalam definisinya karena pendapatan
akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem
pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah
tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.
Untung
Banyak
argument diajukan mengenai perlu atau tidaknya pendapatan dibedakan dengan
untung. Seperti pendapatan, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian untung
adalah:
1. Kenaikan
ekuitas (aset bersih)
2. Transaksi
periferal atau insidental
3. Selain
yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Dari
ketiga karakteristik tersebut yang paling memebedakan dengan pendapatan adalah
karakteristik ke 2 sebagai lawan dari operasi utama. Untung perlu dibedakan
dengan pendapatan menurut FASB karena adanya karakteristik sumber yang dapat
dibedakan dengan operasi utama. FASB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian,
atau keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik
yaitu (SFAC No. 6, prg.85):
a. Periferal
atau incidental
b. Transfer
nontimbal-balik
c. Penahanan
Aset
d. Faktor
lingkungan
Pengakuan Pendapatan
Pengakuan
adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga
jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian atau definisi
pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian
pendapatan sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan.
Dengan demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan
sendirinya jumlah tersebut diakui sebagai pendapatan.
Pembentukan Pendapatan
Pembentukan
pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan
bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep
pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau
terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas hasil transaksi
tertentu. Operasi perusahaan meliputi kegiatan produksi, penjualan, dan
pengumpulan piutang. Konsep pembentukan ini sering disebut pendekatan proses
pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan.
Pendekatan
ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil serta kontinuitas usaha. Karena
tujuan perusahaan adalah menciptakan laba, manajemen atau pengusaha
mengharapkan diharapkan bahwa pendapatan selalu lebih besar dari biaya. Jadi,
dapat dikatakan bahwa setiap kali kos terjadi dalam tiap tingkat operasi
perusahaan maka sejumlah laba telah terbentuk secara proporsional dengan kos
yang terjadi. Dengan kata lain begitu kos diolah pendapatan sudah mulai
tercipta. Sebaliknya, bila perusahaan belum melakukan kegiatan operasi apapun,
maka pendapatan belum terbentuk.
Pendekatan
ini juga dilandasi oleh konsep homogenitas kos yaitu bahwa semua tahap kegiatan
atau unsur di dalamnya mempunyai kedudukan atau arti penting yang sama dalam
menghasilkan pendapatan. Selain itu ada konsep realisasi, dengan konsep ini
pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi
kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen untuk membayar produk baik
produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali.
Pendekatan transaksi menyebabkan terjadinya pendapatan lebih berkaitan dengan
tahap kegiatan penjualan daripada dengan tahap produksi. Konsep realisasi atau
pendekatan transaksi lebih menekankan
kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu:
1. Kepastian
perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah
atau semacamnya.
2. Pengauatan
atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset lancer.
Dari
konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa proses realisasi merupakan konfirmasi
proses perhimpunan pendapatan.
Kriteria Pengakuan Pendapatan
FASB
mengajukan dua criteria pengakuan pendapatan yang keduanya harus dipenuhi
yaitu:
- Terealisasi atau cukup pasti terrealisasi
Pendapatan
dikatakan telah terealisasi bilamana produk, barang dagangan, atau aset lain
telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas.
- Terbentuk/ terhak (earned)
Pendapatan
dikatakan terbentuk bilaman perusahaan telah melakukan secara substansial
kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang
melekat pada pendapatan.
Namun
menurut Kam (1990, hlm. 243-252) mengemukakan kriteria pengakuan secara lebih
teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:
- Keterukuran nilai aset
- Adanya suatu transaksi
- Proses perhimpunan secara substansial telah selesai.
Saat Pengakuan
Pendapatan
A.
Pada
saat kontrak penjualan
Perusahaan telah
menerima kas untuk seluruh nilai kontrak pada saat menandatangani kontrak
penjualan tetapi perusahaan belum melakukan proses produksi barang. Dalam
keadaan ini, pendapatan sudah terealisasi namun belum terbentuk sehingga
pendapatan ini harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa
diserahkan kepada pembeli. Perlakuan semacam ini biasanya berlaku untuk
perusahaan yang memproduksi barang konsumsi dengan jangka waktu penandatanganan
kontrak dan penyerahan barang kurang dari 1 tahun.
B.
Selama
proses produksi secara bertahap
Terdapata 2 metode
pengakuan pendapatan yang dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi)
sejalan dengan kemajuan proses produksi ata sekaligus pada saat projek selesai
da diserahkan yaitu:
1.
Metode persentase
penyelesaian (percentage-of-completion
method)
2.
Metode kontrak-selesai
(completed-contract method)
Permasalahan
untuk metode ini adalah terjadi ketidakseimbangan voleme pendapatan dan
kegiatan produksi antartahun karena projek-projek tidak terjadi secara merata
antartahun atau nilai-nilai projek tiap tahun sangat fluktuatif sementara
perusahaan tetap menggunakan periode sebagai takaran pengukuran dan pelaporan
laba. Selain itu masalah ini timbul jika perusahaan tidak memperlakukan tiap
kontrak sebagai projek dan mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan
tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan produk sehingga penandingan yang
tepat tidak tercapai.
Alternatif
untuk memecahkan masalah ini yaitu:
§ Penggunaan
projek atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan
pelaporan laba bukannya periode waktu
§ Perusahaan
mengakui pendapatan secara bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai
takaran pehitungan laba. Secara keseluruhan proses penghimpunan belum cukup
selesai, tetapi penghimpunan untuk satu periode dapat dianggap telah cukup
sehingga pendapatan dapat diakui secara proporsional untuk periode tersebut
Akresi
·
Akresi (accretion) adalah pertambahan nilai
akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya.
·
Contohnya untuk produk
anggur dan barang antik, dengan berjalannya waktu (proses penuaan), nilai aset
akan semakin bertambah. Dalam definisi ini, akresi memenuhi pengertian
pendapatan karena terjadi kenaikan aset dan banyaknya tambahan fisis tersebut
dapat ditentukan secara objektif. Pertambahan tersebut berkaitan dengan operasi
utama perusahaan
·
Dalam akresi,
pendapatan sudah terbentuk tetapi belum terealisasi karena untuk merealisasi
pertambahan nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih harus
harus diikuti dengan perubahan bentuk aset menjadi aset lancar baru (kas atau
piutang)
·
Pada pelaporan laba
periodik, pelaporan akresi jumlah rupiahnya harus dilaporkan terpisah dari laba
yang telah benar-benar terealisasi
Apresiasi
ü Apresiasi
adalah selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku
aset terdepresiasi)
ü Apresiasi
berlaku untuk semua jenis aset tidak terbatas pada aset yang dikategori sebagai
produk dan kenaikan asetnya tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan
melainkan berkaitan dengan kondisi pasar
ü Apresiasi
bukan merupakan suatu hasil dari proses pembentukan pendapatan karena tidak ada
upaya yang disengaja untuk menaikkan aset
ü Paton
dan Littleton (1970) menentang apresiasi sebagai pendapatan karena:
1.
Apresiasi bukan
merupakan transasksi
§ Kenaikan
nilai pasar bukan merupakan pendapatan yang nyata
§ Apresiasi
tidak menunjukkan kemajuan kegiatan operasi perusahaan
§ Apresiasi
bukan hasil transaksi atau kegiatan produksi
§ Apresiasi
tidak menambah sumber ekonomik untuk mendanai operasi
2.
Apresiasi tidak
objektif
§ Penetuan
besarnya nilai pasar, khususnya untuk aset-aset yang kompleks atau khusus,
mempunyai validitas yang diragukan
§ Untuk
aset berupa tanah atau lainnya dalam kondisi tertentu, jumlah rupiah apresiasi
tersebut semata-mata hanyalah pendapat sehingga kos reproduksi dan
depresiasinya tetap merupakan taksiran yang meragukan keterandalannya
§ Apresiasi
seolah-olah dapat diubah menjadi dana likuid melalui penjaminan atau utang
sehingga aset dapat merupakan alat atau cara untuk memperoleh tambahan aset
likuid
Penghematan
Kos
ü Pos
pembelian yang bersangkutan dengan prosespembelian yang sering dianggap
pendapatan yaitu potongan pembelian dan pembelian dengan harga murah atau
pembeli beruntung
ü Potongan
pembelian tidak memenuhi definisi pendapatan karena berkaitan dengan proses
pembelian yaitu proses pemerolehan aset pada tingkat awal
ü Semua
jenis potongan pembelian diperlakukan sebagai pengurang (offsets) yaitu setiap tambahan pembayaran karena ketidakmampuan
membayar dalam periode potongan (discount
period) merupakan rugi dan potongan yang diperoleh karena membayar dalam
periode potongan adalah pengurang atau penyesuai kos (cost adjustment) bukan untung.
ü Penghematan
kos sama sekali bukanlah pendapatan. Efisiensi dan keberuntungan dalam
pembelian akan mempunyai pengaruh terhadap laba yang akhirnya dipeoleh tetapi
diperolehnya laba masih menunggu realisasi penjualan
C.
Pada
Saat Produksi Selesai
-
Setara dengan metode
kontrak-selesai
-
Pendapatan diakui
berdasar banyaknya barang yang diproduksi bukan banyaknys unit barang yang
terjual sehingga faktor penentunya adlah kegiatan produksinya bukan
penjualannya
-
Kegiatan produksi tanpa
adanya penguatan yang berasal dari penjualan dengan harga yang disepakati tidak
dapat selalu dijadikan penguji yang obyektif dan menentukan untuk dasar
pencatatan dan pengakuan pendapatan
D.
Pada
Saat Penjualan
-
Merupakan dasar yang
paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi
telah terpenuhi dengan adanya kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah
rupiah pendapatan secara obyektif
-
Pada saat penjualan,
jumlah rupiah harga telah disepakati dan produk telah keluar dari perusahaan
-
Transaksi penjualan
mengakibatkan masuknya aset baeu ke dalam perusahaan untuk:
1. menutup
kos yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi yang berkulminasi dengan penyerahan produk
2. menyediakan
dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga kepada
kredito, bunga kepada kreditor, dan deviden kepada pemegang saham
-
Masalah yang muncul
untuk metode saat penjualan diantaranya:
1. Kepastian
pengukuran pendapatan akibat kos purna-jual atau pasca-jual
2. Kemungkinan
atau pengembalian barang berkaitan dengan masalah kolektibilitas
-
Penyelesaian masalahnya
yang muncul:
1) Kembalian
dan Potongan Tunai
- Syarat-syarat
pendapatan dapat diakui saat penjualan dengan hak mengembalikan menurut SFAS
No. 48, prg. 6 yaitu:
a. Harga
jual cukup pati dan dapat ditentukan pada tanggal penjualan
b. Pembeli
sudah membayar kepada penjual
c. Kewajiban
membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi pencurian atau kerusakan
fisis produk
d. Pembeli
benar-benar ada secara substantif
e. Penjual
tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di masa datang
yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk yang sama
f. Jumlah
rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak
- Potongan
tunai penjualan tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan.
Potongan penjualan adalah potongan yang ditawarkan penjual melalui tema
penjualan
- Jumlah
rupiah penjualan yang efektif adalah jumlah rupiah neto atau setelah potongan
tunai buakn jumlah kotor faktur
2) Kos
Purna-jual
Penyesuaian untuk kos
purna-jual merupakn bagian dari pengukuran laba yang tepat dilakukan dengan
mendebit jumlah rupiah taksiran kos kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang
sama ke dalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun
3) Kerugian
piutang
Masalah ini diatasi
dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Pendapatan disajikan dalam statemen
sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi (net realizable value). Kerugian piutang disajikan sebagai biaya
penjualan di statemen laba-rugi dengan pengumpulan piutang atau dapat juga
sebagai pengurang langsung pos pendapatan
4) Transaksi
penjualan
Ketentuan untuk
mengakui pendapatan dari penjualan menurut PSAK No. 23:
ü Perusahaan
telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli
ü Perusahaan
tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang
dijual
ü Jumlah
pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
ü Besar
kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke
perusahaan tersebut
ü Biaya
yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal
E.
Pada
saat kas terkumpul
Ø Pengakuan
dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah
diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam
waktu yang cukup panjang karena adanya ketidakpastian tentang kolektibilitas
atau ketertagihan piutang
Ø Jumlah
tagihan pada umumnya proporsional dengan jasa yang telah dilaksanakan dari
seluruh nilai kontrak yang kelayakannya bergantung pada lamanya jasa diserahkan
dan dikonsumsi
1) Jasa
yang dikonsumsi dalam jangka pendek
2) Jasa
yang dikonsumsi dalam jangka panjang
3) Argumen
pendukung
Dasar validitasnya
adalah untuk penjualan angsuran dengan mempertimbangkan:
- Seluruh
atau sebagian piutang bukan merupakan aset yang mempunyai daya beli murni
- Makin
lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tak tertagih
- Kos
purna-jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang biasanya lebih
tinggi dibandingkan kos purna-jual untuk penjualan kredit jangka pendek
4) Alasan
penyanggah
Paton dan Litteton
(1970) menegaskan pengakuan pendapatan dasar kas untuk perusahaan jasa kurang
dapat didukung dengan alasan:
- Tagihan
piutang yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya mempunyai kedudukan
yuridis yang sama dengan piutang timbul dari penjualan barang
- Kemungkinan
kegagalan untuk menerima pelunasan piutang dalam perusahaan jasa lebih besar
daripada perusahaan dagang
- Kemungkinan
terjadinya kerugian piutang memang sudah tidak ada lagi tetapi tidak berarti
bahwa pendapatan sudah dapat diakui
5) Prosedur
akuntansi dasar kas
- Pada
saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang
Pengiriman
Barang-Dasar Kas xxx
Sediaan
Barang Dagangan xxx
- Perusahaan
meneima uang muka atau angsuran
Kas xxx
Penjualan-Dasar Kas xxx
-
Pada akhir periode
harus diperhitungkan kos produk yang dapat dibebankan secara tepat (sebagai
biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut
Kos
Barang Terjual-Dasar Kas xxx
Pengiriman
Barang-Dasar Kas xxx
- Pada
akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima kasnya tetapi barang belum
dikirim maka kos barang tersebut harus ditaksir dan ditambahkan ke kos barang
terjual dasar kas
Kos Barang Terjual-Dasar Kas xxx
Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas xxx
6) Biaya
administrasi dan penjualan
- Jika
pendapatan diukur atas dasar penerimaan kas, kos yang dibebankan sebagai biaya
harus kos yang benar-benar telah dikorbankan untuk mendapatkan pendapatan dasar
kas tersebut
- Pada
umumnya kos administrasi dan penjualan bukan merupakan kos yang ada dapat
diperlakukan seperti kos sediaan yaitu tersediaankan (inventoriable)
- Jika
seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari pelanggan dalam suatu
periode diakui sebagai pendapatan, maka biaya yang dapat ditandingkan terhadap
pendapatan tersebut adalah biaya yang berkaitan dengan upaya untuk memperoleh
pendapatan sebesar kas yang telah diterima tersebut bukan biaya yang telah
dibayar selama periode bersangkutan
Saat Pengakuan Penjualan Jasa
Yang
sulit ditentukan dalam pengakuan penjualan jasa adalah kejadian atau kegiatan
yang menandai bahwa penyerahan jasa te;ah terjadi dan selesai.
Kaidah
pengakuan umum penjualan jasa menurut AICPA:
1.
Pendapatan harus diakui
pada saat pekerjaan telah selesai dilakukan
2.
Pendapatan diakui
selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional jika pekerjaan
dilakukan secara bertahap
3.
Pendapatan dapat diakui
pada saat seluruh pekerjaan telah selesai untuk pekerjaan dilakukan secara
bertahap, jika:
a. Proporsi
jasa yang dilakukan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga
seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir
dilaksanakan
b. Jasa
harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditentukan di muka selama
waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menetukan tingkat
penyelesaian pekerjaan tersebut
4.
Pendapatan harus diakui
pada setelah kas terkumpul jika terdapat ketidakpastian yang tinggi
kolektibilitas pendapatan jasa
Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan menurut FASB dalam
SFAC No. 5 paragraf 84:
1.
Kriteria terbentuk dan
terealisasi dipenuhi pada saat barang diserahkan atau jasa diberikan konsumer
2.
Jika kontrak penjualan
atau penerimaan kas (atau keduanya) mendahului produksi dan pengiriman,
pendapatan diakui pada saat terhak (earned)
dan pengiriman (delivery)
3.
Kalau produk
dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan
diakui bertahap dengan metoda persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk
4.
Jika jasa diberikan
atau hak menggunakan aset berlangsung secara terus menerus, selama suatu
perioda, pendapatan diakui bersamaan dengan berjalannya waktu
5.
Jika produk atau aset
dapat segera terealisasi, pendapatan dan untung atau ruginya diakui saat
selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah
6.
Jika produk, jasa, atau
aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak dapat segera dikonversi,
pendapatan dan untung atau ruginya diakui pada saat transaksi telah selesai
dengan nilai wajar aset nonmoneternya dapat ditentukan dalam kisaran wajar
7.
Jika ketertagihan aset
yang diterima meragukan, pendapatan diakui atas dasar kas yang terkumpul
Prosedur Pengakuan
Kaidah pengakuan
pendapatan harus dijabarkan dalam bentuk kebijakan akuntansi atau prosedur
akuntansi (accounting manual) untuk
menetukan kegiatan internal yang dapat dijadikan tanda atau pemicu pengakuan
pendapatan.
Kebijakan
akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal
perusahaan yang digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.
Berikut
adalah ringkasan kegiatan internal sebagai pemicu dan bukti pengakuan
pendapatan:
Kaidah Pengakuan
|
Kegiatan Internal
yang terkait
|
Kaidah Pemicu dan
Bukti Pengakuan
|
Pada saat kontrak
penjualan
|
Penandatanganan
kontrak/penerimaan uang muka (kegiatan produksi/internal belum terjadi)
|
Pendapatan belum
diakui. Surat kontrak dan penerimaan bukti setor bank sebagai dasar
pencatatan uang muka
|
Selama proses
produksi secara bertahap (sudah ada kontrak penjualan)
|
§ Penggunaan
bahan baku, TKL, overhead
§ Pembayaran
biaya administrasi dan pemasaran
§ Penagihan
(billing)
§ Penyesuaian
akhir tahun
|
§ Penyiapan
dan pengiriman surat penagihan
§ Penyesuaian
akhir tahun atas dasar catatan akumulasi kos
|
Pada saat produksi
selesai (Sudah ada kontrak penjualan/order pembelian atau belum)
|
§ Peemindahan
barang jadi dari pabrik ke gudang
§ Penyesuaian
akhir tahun
|
§ Belum
ada kontrak:
a. Penyerahan
barang ke bagian gudang disertai nota penerimaan
b. Penyesuaian
akhir tahun
Syarat cukup pasti terealisasi
harus dipenuhi
§ Sudah
ada kontrak: penyerahan barang ke bagian gudang disertai nota penerimaan dan
surat kontrak atau order pembelian
|
Pada saat penjualan
|
§ Penerimaan
order pembelian
§ Penerimaan
uang muka
§ Pengiriman
barang langsung atau melalui ekspedisi
§ Penyiapan/pengiriman
faktur penjualan
§ Penerimaan
nota terima barang dari pembeli
|
§ Pengiriman
barang disertai pengiriman faktur sesuai syarat
§ Penerimaan
nota terima barang didukung faktur dan order pembelian/penjualan
|
Pada saat kas
terkumpul. (Sudah ada kontrak dan barang telah dikirim)
|
§ Pengiriman
surat tagihan angsuran
§ Penerimaan
kas atau alat pembayaran lain (transfer via bank)
§ Penyesuaian
akhir tahun
|
§ Penerimaan
kas didukung nota pembayaran atau bukti transfer
§ Penyesuaian
akhir tahun atas dasar catatan kas yang terkumpul sampai akhir periode
|
0 komentar:
Posting Komentar
Berilah Komentar Apabila anda menyukai materi di atas!komentar bersifat membangun dan gunakan kata-kata sepatutnya..Terimakasih